LEBAK – Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten mengapresiasi masyarakat “Kesepuhan adat” ( Kaolotan) melestarikan “Leuit” atau rumah lumbung pangan yang dijadikan tempat penyimpanan gabah dari hasil panen.
“Semua warga Kesepuhan adat di sini memiliki “Leuit” sebagai persediaan pangan keluarga mereka, ” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak Abdul Rohim di Lebak, dikutip dari Antara, Jumat (10/9/2021).
Masyarakat Kasepuhan patut dijadikan percontohan dalam upaya memenuhi ketersediaan pangan keluarga.
Masyarakat Kasepuhan di Kabupaten Lebak jumlahnya cukup banyak, di antaranya Kasepuhan Citorek, Kasepuhan Bayah, Kasepuhan Guradog, Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang dan Kasepuhan Cisitu, termasuk Kasepuhan Badui.
Kehidupan mereka hingga kini belum pernah mengalami kerawanan pangan maupun kelaparan, sekalipun dilanda hama penyakit tanaman.
Sebab, mereka setiap musim panen menyimpan gabah di Leuit yang dibangun di belakang rumah.
Masyarakat Kaolotan itu setiap panen baik padi sawah maupun padi huma tidak dijual karena adanya larangan adat mereka.
Pemerintah daerah sangat terbantu adanya rumah lumbung pangan tersebut, karena memberikan ketersediaan pangan keluarga mereka.
“Kami minta Leuit itu tetap dilestarikan dan jangan sampai hilang di masyarakat kaolotan, ” katanya.
Saat ini jumlah Leuit yang ada di masyarakat kasepuhan di Kabupaten Lebak tercatat 30.000 leuit dan rata-rata lima ton gabah per leuit.
Apabila, kata dia,bila diakumulasikan maka stok pangan masyarakat Kasepuhan itu sebanyak 150 ribu ton.
Karena itu, masyarakat Kabupaten Lebak tidak mengalami kerawanan pangan maupun kelaparan di tengah pandemi.
Sebab, di antaranya masyarakati pedalaman khususnya Kaolotan masih melestarikan Leuit sebagai tempat cadangan pangan keluarga mereka.
Kehadiran leuit itu jika kebutuhan konsumsi pangan keluarga mereka menipis maupun habis maka mengambil padi gabah yang ada di rumah pangan, katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan masyarakat Kaolotan Badui tercatat memiliki 4.000 Leuit dan belum pernah terjadi kehabisan gabah dari hasil panen padi huma.
Karena itu, masyarakat Badui hingga kini mempunyai ketahanan pangan yang kuat.
“Kami belum pernah mendengar masyarakat Badui mengalami krisis pangan,” katanya.
Sementara itu, Santa (45), warga Badui mengaku saat ini persedian pangan yang disimpan di Leuit melimpah, bahkan ada gabah hasil panen tahun 2006 lalu.
“Kami saat ini persediaan pangan keluarga cukup, mengingat stok gabah yang ada di Leuit sekitar empat ton,” katanya. (ms)