Janabarnews – Memperingati hari ulang tahun sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia, tak terkecuali kalangan muslim. Hari kelahiran akan menjadi momen spesial bagi orang tertentu sehingga tak jarang yang merayakan ulang tahun.
Dua ulama besar Indonesia, Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya memberikan peringatan bahwa merayakan ulang tahun bisa termasuk perbuatan haram jika dilakukannya tidak sesuai dengan syariat.
“Hukumnya (merayakan ulang tahun) minimal makruh, maksimalnya bisa haram, bisa dosa kalau dengan itu menjauhkan dari Allah SWT. Orang kemudian nyanyi, joget, macam-macam maksiat dan sebagainya, itu yang menjadi masalah,” kata UAH dikutip dari YouTube Ummu Haniya, Jumat (15/02/2025).
UAH mengatakan, sebaiknya perayaan ulang tahun tidak boleh melanggar syariat. Jika ingin merayakan, tirulah bagaimana cara Rasulullah SAW memperingati hari kelahirannya, yakni dengan berpuasa.
Baca Juga : Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa pada 1 Maret 2025, Pemerintah Tunggu Sidang Isbat
“Jadi, Nabi SAW itu mensyukuri kelahirannya dengan meningkatkan ibadah. Salah satunya dengan puasa,” tutur UAH.
Selain itu, sunnah lainnya bagi orang yang memperingati hari ulang tahunnya adalah melakukan muhasabah diri. Evaluasi diri agar menjadi muslim yang lebih baik, terutama lebih baik dalam ibadah.
“Saya sudah diberikan usia segini, amal apa saja yang sudah saya kumpulkan sebelum saya pulang menghadap Allah. Itu yang dilihat. Nah, cara paling mudah meningkatkan amal itu melalui puasa. Puasa lebih cepat, karena saat dikerjakan amal-amal yang lain ikut,” ucap UAH.
Adapun hukum mengucapkan selamat ulang tahun atau tahniah kepada orang lain boleh-boleh saja. Akan tetapi, UAH menekankan bahwa ucapannya bertujuan memberikan motivasi ibadah atau melakukan kebaikan.
“Kalau Anda ingin mengucapkan tahniah atau selamat, itu lebih baik mengisi dengan kebaikan-kebaikan. Misal, ada orang yang sudah sampai ke masa usianya. ‘Ma, Mama sudah masuk usia ini. Terima kasih sudah melahirkan saya. Kalau mama sekarang sudah masuk usia sekian mudah-mudahan mamah semakin sehat’,” kata UAH sambil mencontohkan.
Buya Yahya membolehkan muslim menggelar perayaan ulang tahun. Akan tetapi, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan karena khawatir menyerupai orang kafir. Salah satunya meniup lilin.
“Jadi boleh mengingat ulang tahun, hanya perlu dihindari sepertinya masalah tiup lilin,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.
Buya Yahya mengatakan, acara peringatan hari ulang tahun sebaiknya menjadi ajang muhasabah bagi orang yang merayakannya. Hari ulang tahun menjadi sebuah pengingat bahwa ternyata ajalnya semakin dekat. Dengan muhasabah, seseorang yang sedang berulang tahun akan berusaha menambah amalnya dan mengurangi dosa-dosanya.
“Ulang tahun (berarti) berkurang umur kita. Jadi kalau ada orang mengingat umurnya bukan sesuatu yang terlarang,” tutur Buya Yahya.
Adapun perayaan ulang tahun yang mengundang banyak orang diniatkan sebagai syukuran hari kelahiran. Buya Yahya menegaskan pesta ulang tahunnya tidak boleh yang mendekati kemaksiatan. Sebab, itu akan menjadi perayaan ulang tahun yang haram.
“Intinya mengadakan acara ulang tahun tentunya dengan cara syar’i. Berkumpul orang untuk makan, dikasih rezeki, bukan seperti ulang tahun yang dilakukan oleh orang-orang yang gak kenal Allah, ulang tahun dengan foya-foya, disko, joget, segala macam. Bukan itu, itu maksiat. Itu adalah grup menuju murka Allah,” pungkas Buya Yahya.